Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia

 Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia
 Dalam memahami tentang sejarah, tentunya membutuhkan berbagai analisis yang  bisa dipercaya, hal ini dikarenakan bahwa sejarah merupakan suatu konsep ilmiah / history is reality sehingga untuk memahami sejarah harus memakai pendekatan yang ilmiah. dalam pembahasan tentang sejarah pondok pesantren, maka yang harus diperhatikan adalah bagaimana sejarah tentang pesantren ini bisa membuktikan secara ilmiah. Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (kampus) yang santri-santrinya menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dan kepemimpinan seorang atau  beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatis serta independen  dalam segala hal.[1] Selain itu disebutkan bahwa pondok pesantren adalah suatu bentuk lingkungan

“masyarakat” yang unik dan memiliki tata nilai kehidupan yang positif. Pada umumnya, pesantren terpisah dari kehidupan sekitanya. Komplek pondok  pesantren minimal terdiri atas rumah kediaman pengasuh disebut juga kyai, masjid atau mushola, dan asrama santri. Tidak ada model atau patokan tertentu dalam pembangunan fisik pesantren, sehingga penambahan bangunan demi  bangunan dalam lingkungan pesantren hanya mengambil bentuk improvisasi sekenanya belaka.[2] Tentang kehadiran pesantren secara pasti di Indonesia pertama kalinya, dimana dan siapa pendirinya, tidak dapat diperoleh keterangan yang pasti. Berdasarkan hasil pendataan yang dilaksanakan oleh Departemen Agama pada tahun 1984-1985 diperoleh keterangan bahwa pesantren tertua didirikan pada tahun 1062 di Pamekasan Madura, dengan nama Pesantren Jan Tampes II. Akan tetapi hal ini  juga diragukan, karena tentunya ada Pesantren Jan Tampes I yang lebih tua. Kendatipun Islam tertua di Indonesia yang peran sertanya tidak diragukan lagi, adalah sangat besar bagi perkembangan Islam di nusantara.[3] Lembaga pendidikan yang disebut pondok pesantren sebagai pusat penyiaran Islam tertua yang lahir dan berkembang seirama dengan masuknya Islam di Indonesia. Pada awal berdirinya, pondok pesantren umumnya sangat sederhana. Kegiatan pembelajaran biasanya diselenggarakan di langgar (mushala) atau masjid oleh seorang kyai dengan beberapa orang santri yang datang mengaji.
Lama kelamaan “pengajian” ini berkembang seiring dengan pertambahan jumlah
santri dan pelebaran tempat belajar sampai menjadi sebuah lembaga yang unik, yang disebut pesantren.[4] Di Indonesia pondok pesantren lebih dikenal dengan istilah Kutab merupakan suatu lembaga pendidikan Islam, yang di dalamnya terdapat seorang kyai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (anak didik) dengan sarana

masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta didukung adanya pondok sebagai tempat tinggal para santri.[5] Sedangkan asal-usul pesantren di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarah  pengaruh Walisongo abad 15-16 di Jawa. Pesantren merupakan lembaga  pendidikan Islam yang unik Indonesia. Lembaga pendidikan ini telah berkembang khususnya di Jawa selama berabad-abad. Maulana Malik Ibrahim (meninggal 1419 di Gresik Jawa Timur),
 spiritual father
 Walisongo, dalam masyarakat santri Jawa biasanya dipandang sebagai gurunya-guru tradisi pesantren di tanah Jawa.[6] Ini karena Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maulana Maghribi yang
wafat pada 12 Rabi’ul Awal 822 H bertepatan dengan 8 April 1419 M dan dikenal
sebagai Sunan Gresik adalah orang yang pertama dari sembilan wali yang terkenal dalam penyebaran Islam di Jawa.[7] Meskipun begitu, tokoh yang dianggap berhasil mendirikan dan mengembangkan  pondok pesantren dalam arti yang sesungguhnya adalah Raden Rahmat (Sunan Ampel). Ia mendirikan pesantren di Kembang Kuning, yang pada waktu didirikan hanya memiliki tiga orang santri, yaitu Wiryo Suroyo, Abu Hurairah, dan Kyai Bangkuning. Kemudian ia pindah ke Ampel Denta, Surabaya dan mendirikan  pondok pesantren di sana. Misi keagamaan dan pendidikan Sunan Ampel mencapai sukses, sehingga beliau dikenal oleh masyarakat Majapahit. Kemudian  bermunculan pesantren-pesantren baru yang didirikan oleh para santri dan putra  beliau. Misalnya oleh Raden Patah, dan Pesantren Tuban oleh Sunan Bonang.[8] Pondok pesantren memang bila dilihat dari latar belakangnya, tumbuh dan  berkembang dengan sendirinya dalam masyarakat yang terdapat implikasi-implikasi politis sosio kultural yang menggambarkan sikap ulama-ulama Islam sepanjang sejarah. Sejak negara kita dijajah oleh orang barat, ulama-ulama  bersifat
noncooperation
 terhadap penjajah serta mendidik santri-santrinya dengan sikap politis anti penjajah serta nonkompromi terhadap mereka dalam bidang  pendidikan agama pondok pesantren. Oleh karena itu, pada masa penjajahan tersebut pondok menjadi satu-satunya lembaga pendidikan Islam yang menggembleng kader-kader umat yang tangguh dan gigih mengembangkan agama serta menentang penjajahan berkat jiwa Islam yang berada dalam dada mereka. Jadi di dalam pondok pesantren tersebut tertanam patriotisme di samping fantisme agama yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat pada masa itu.[9]

Posting Komentar untuk " Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia"