Suara halus, berhati-hatilah! Hendaklah kita selalu peka terhadap suara halus dari orang-orang yang sholeh...
Terkadang tanpa kita sadari, akibat dari amal perbuatan kita yang tidak sengaja kita perbuat, menimbulkan suara yang halus dari saudara kita sesama muslim. Adakalanya suara halus itu berdampak positif bagi kita, namun ada kalanya suara yang halus itu berdampak negatif bagi kita sehingga menimbulkan berbagai kesusahan hidup baik yang bersifat dunia maupun yang bersifat akhirat...
Kita mungkin tidak sengaja, atau bahkan dengan mudahnya kita melakukan amal perbuatan, tanpa kita sadari ternyata menyakiti perasaan orang lain atau paling tidak membuat orang lain kurang berkenan dengan amal perbuatan kita tersebut. Hal tersebut akhirnya berdampak kepada perjalanan hidup kita. Kita semua hampir tak bisa luput dari hal-hal ini semua. Selama kita masih berinteraksi dengan sesama manusia, maka kejadia-kejadi serupa tak dapat kita hindarkan kecuali dengan kita peka terhadap suara-suara yang halus...
Rosululloh Saw. bersabda, �Hati- hatilah dengan firasat orang yang beriman, karena dia melihat dengan cahaya Allah. �(HR Tirmidzi).
Dari Mu�adz bin Jabal r.a., bahwasanya Rosulullah Saw. bersabda, �Artinya : Takutlah kepada doa orang-orang yang teraniyaya, sebab tidak ada hijab antaranya dengan Allah (untuk mengabulkan)�.(HR. Muslim).
Demikianlah kita semua haruslah senantiasa peka terhadap segala amal perbuatan kita terutama ketika kita berinteraksi dengan sesama manusia makhluk ciptaan Alloh Swt. sebagaimana Firman Alloh dalam Al Quran: "Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (keuasaan Kami) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda." (QS.al-Hijr:75).
Bagaimana supaya kita selamat?
Dikarenakan kita hampir tak bisa lepas dari hal tersebut di atas maka kalau mau aman dan terbebas dari itu semua, kita perlu untuk berlindung kepada Alloh dengan mengikuti seorang Mursyid yang Kamil Mukammil, karena beliau yang akan membimbing dan menyelamatkan kita dari adzab Alloh yang dapat saja turun akibat menyinggung perasaan Wali-Nya atau orang sholeh yang mungkin saja saudara kita, istri kita, anak kita, tetangga kita, teman kita, atau siapa saja orang di sekitar kita yang luput dari perhatian kita.
Hal ini seperti dalam hadits Qudsi, "Dan tidaklah hamba-Ku bertaqarrub kepada-Ku dengan sesuatu lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan atasnya, dan senantiasalah hamba-Ku bertaqarrub kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah, hingga Aku mencintainya bila Aku telah mencintainya, maka Aku-lah pendengaran yang dengannya ia mendengar, penglihatan yang dengannya ia melihat, tangan yang dengannya ia memukul, kaki yang dengannya ia berjalan. Dan jika ia meminta kepada-Ku, niscaya Aku pasti memberikannya dan bila ia berlindung kepada-Ku, niscaya aku pasti melindunginya" (HR.al-Bukhari).
Mengapa kita perlu mengikuti Mursyid (silsilah) yang masih hidup?
Karena seorang Mursyid hanya akan melindungi dan bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan muridnya selama ia masih berada di tengah-tengah mereka. Adapun ketika seorang Mursyid sudah kembali kepada Alloh (wafat) maka ia tidak lagi bertanggung jawab terhadap segala amal perbuatan murid-muridnya. Sebagaimana Nabi Isa a.s. tidak bertanggung jawab terhadap sepak terjang umatnya setelah beliau diangkat di sisi Alloh Swt. sebagaimana Firman-Nya, "Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?' Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.'" (QS. Al Maaidah: 116-117).
Tafakur Pecinta Kesucian Jiwa
7 Syawal 1435 H / 23 Juli 2015
Posting Komentar untuk "SUARA HALUS: MAU SELAMAT? IKUTI MURSYID YANG MASIH HIDUP"