Dahulu sewaktu pengersa Abah Anom masih ada di dunia, banyak orang para muridnya bertanya-tanya, "Siapakah kelak yang akan menjadi penerus beliau, jika kelak beliau wafat?
Pada waktu itu, jauh sebelum beliau wafat, menurut saya setidaknya ada sebelas orang wakil talqin yang masih hidup, dari delapan puluh sembilan wakil talqin muridnya pengersa abah Anom yang lebih menonjol dari yang lainnya, ialah :
- H. Ali bin Haji Mohammed (Wakil Talqin) dari Singapore.
- Hj. Mohd. Zuki As Syujak bin Syafie (Wakil Talqin) dari Malaysia.
- KH. Muhammad Abdul Gaos Saefullah Maslul (Wakil Talqin) dari Ciamis.
- KH. Zaenal Abidin Anwar (Wakil Talqin) dari Suryalaya.
- KH. Zainal Abidin Bazul Asyhab (Wakil Talqin) dari Sukabumi
- Prof. Dr. Juhaya S. Praja (Wakil Talqin) dari Bandung.
- KH. Arief Ikhwanie AS (Wakil Talqin) dari Bandung.
- Drs. H. Wahfiudin MBA. (Wakil Talqin) dari Jakarta.
- Prof. Dr. H. A. Tafsir, MA (Wakil Talqin) dari Bandung
- KH. Muhammad Sholeh (Wakil Talqin) dari Jakarta.
- KH. Moch. Ali Hanafiah (Wakil Talqin) dari Surabaya.
Dari sebelas orang wakil talqin tersebut yang paling menonjol kelebihannya dibanding dengan yang lainnya, ialah Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefullah Maslul al Qodiri an-Naqsyabandi r.a. Kelebihan-kelebihannya sbb :
- Masih hidup hingga saat ini (syaikhul hayyi).
- Murid generasi awal, sejak tahun 1968.
- Selalu bersama-sama Abah Anom.
- Menguasai ilmu-ilmu agama yang luas.
- Mewarisi ilmu dan amaliah mursyid.
- Produktif menulis kitab (buku).
- Setia, menjadikan gurunya, satu-satunya figur sebagai panutan pada zamannya.
- Selalu berjuang untuk mengagungkan ajaran gurunya.
- Digemari oleh murid-murid.
- Istiqomah.
Nah, dari beberapa kelebihan-kelebihan tersebut maka tidaklah heran jika sejak pengersa abah Anom masih hidup pun, bahwa tentang siapa yang menjadi calon penerus beliau kelak sebenarnya sudah mulai terlihat, yakni mengarah kepada pengersa abah Aos. Hal ini ditandai dengan banyaknya ikhwan bertanya kepada belaiu tentang siapakah nanti yang akan menjadi penerus pengersa abah Anom? Dan terhadap pertanyaan ini, beliau dengan tegas menjawab, bahwa "penerus pengersa abah pasti ada, siapa? yaitu pasti muridnya.�
Sekali lagi, keyakinan bahwa pengersa abah Aos sebagai penerus pengersa abah Anom sebenarnya sudah banyak diyakini oleh para ikhwan, namun karena banyaknya birokrasi diseputar pengersa abah Anom, seperti instrumen yayasan misalnya, lembaga kepesantrenan, dll. Keberadaan birokrasi tersebut lah yang membuat keyakinan tersebut sedikit memudar mengingat betapa sulitnya menembus hirarki Pondok Pesantren Suryalaya. Keraguan-keraguan itu kemudian muncul, seperti; apakah ajengan Gaos mampu menembus hirarki pondok pesantren Suryalaya? dan apakah ajengan gaos mampu dikenal banyak kalangan seperti pengersa Abah Anom?
Pasca kepergian pengersa abah Anom, pertanyaan serupa "Siapakah penerus Abah anom?" semakin menjadi perbincangan hangat oleh masyarakat, terutama para ikhwan TQN Pondok Pesantren Suryalaya. Mengapa?, sebab pengersa abah Anom tidak meninggalkan pesan sebagai bukti otentik tentang siapa yang menjadi penerusnya sebagai Mursyid TQN Pondok Pesantren Suryalaya yang ke 38. Pertanyaan tersebut tidak ada yang mampu menjawabnya, kecuali pengersa Abah Aos sendiri. Akhirnya setelah setelah beberapa bulan berjalan, akhirnya pertanyaan tersebut terjawab sudah dengan pernyataan-pernyataan Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefullah Maslul al Qodiri an-Naqsyabandi ra.
Berikut ini jawaban-jawaban beliau, baik tersirat maupun tersurat, sbb:
- Sejak tahun 1957 sudah diminta oleh pengersa Abah Anom kepada Ibunda beliau, Hj. Siti Muslihah.
- Sejak tahun 1968 sampai tahun 1973 (lima tahun) setiap hari berjalan kaki dari Panjalu ke Suryalaya untuk berguru kepada pengersa Abah Anom.
- Selama tujuh tahun, setiap malam duduk disamping kiri pengersa Abah Anom. Baru berhenti setelah di ijazahkan secara simbolis berupa sebuah cicin batu akik dari Abah Anom.
- Pada tahun 1989 disaksikan beberapa ikhwan pengersa Abah Anom penepuk pundak beliau dengan mengucapkan penggalan ayat Al-Quran Surat Al-Baqoroh, ayat 247.
- Mendapatkan perintah dari pengersa abah Anom, "Goreskan itu Manaqib".
- Mendapat perintah dari pengersa abah Anom, "kembangkan manaqib, itu program abah".
- Mendapat perintah untuk berdakwah sebagai Panglima dari pengersa Abah Anom.
- Mendapat restu dari Abah Anom, �Abah mah kumaha ceuk Aos. Ceuk Aos �A�, A. Ceuk Aos �B�, B.
- Perintah pengersa Abah Anom, "tuturkeun aos".
- Diharapkan oleh pengersa Abah Anom, "aos mah kudu didie".
- Mendapat perintah dari pengersa abah Anom, "amalkan, amankan, lestarikan TQN Pondok Pesantren Suryalaya. Kalau bukan kita siapa lagi?"
Dengan jawaban dari beliau ini, bagi ikhwan TQN Pondok Pesantren Suryalaya sudah sangat jelas siapa yang menjadi penerus pengersa Abah Anom, Syekh Ahmad Shohibulwafa' Tajul Arifin r.a. sebagai Mursyid TQN Pondok Pesantren Suryalaya yang ke 38, sebagai mana sayapun mengakui beliau sejak 22 Agustus 2013 yang say tuangkan dalam tulisan �Cahaya Yang Tak Pernah Padam�, pengakuan ini berdasarkan perenungan saya sebelumnya yang saya tuangkan dalam tulisan, �Perjalanan Murid Mengenali Gurunya� dan juga berdasarkan kesaksian saya, yang saya tulis dalam, �Kesaksianku Untuk Dia�.
Karomah pengersa abah Aos, banyak sekali, yang menandakan kebenaran beliau, diantaranya :
- Mampu mengamalkan, mengamankan, dan melestarikan ajaran TQN Pondok Pesantren Suryalaya sendiri, dengan dibantu salah seorang wakil talqin pengersa abah Anom.
- Mampu membimbing dan meningkatkan amal ibadah muridnya, baik secara kuantitas dan kualitas.
- Mampu menghadapi rintangan yang menghambat baik yang datang dari para ikhwan, wakil talqin, dan ahlul bait.
- Mampu melaksanakan manaqib di masjid-masjid raya di Indonesia.
- Mampu mengadakan manaqib di masjid-masjid jami' Internasional.
- Diterima di madrasah tuan Syekh Abdul Qodir al Jailani q.s. di Baghdad Iraq sebagai Mursyid TQN Pondok Pesantren Suryalaya.
- Mendapat pengakuan sebagai murid Syekh Abdul Qodir al Jailani q.s. dari pewaris Madrasah beliau yaitu Syaikh Hashimuddin al Jailani r.a. dan menadapat gelar Al Qodiri.
- Mendapat kunjungan kehormatan dari cucu ke 25 tuan Syekh Abdul Qodir al Jailani q.s. yaitu Syaikh Muhammad Fadil al Jajilani r.a. (penyusun kitab tafsir abdul qodir jailani) dan mendapat pengakuan Mursyid Kamil Mukammil.
- Mendapat kunjungan kehormatan dari cucu tuan Syekh Abdul Qodir al Jailani q.s. yaitu Syaikh Afeefuddin al Jailani r.a. Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah di Malaysia, dan mendapat gelar An-Naqsyabandi.
- Mendapatkan pengakuan dari para tokoh di pemerintah dan kalangan profesional, diantaranya; H. Dahlan Iskan (Menteri BUMN), yang mengatakan, "saya adalah timba yang mencari sumur, sumur itu adalah pengersa abah Aos", Prof. DR. Nasaruddin Umar MA (Wakil Menag/Wk. Talqin), yang mengatakan "membela abah Aos sama dengan membela abah Anom", Prof. DR. Asep Usman Ismail (Dosen UIN Jakarta/Wk. Talqin) yang mengatakan, "mursyid itu estafeta, abah Aos sebagai penerus abah Anom sudah tepat", dan Dr. (HC) Ary Ginanjar (Owner ESQ/Wk. Talqin), yang mengatakan, "saya datang kesini bukan untuk ceramah, tetapi untuk belajar kepada pengersa Abah Aos".
Namun demikian, ternyata masih ada golongan ikhwan yang ibarat, "Bak menabur garam di lautan tanpa tepi". Siapa golongan tersebut, ialah sebagaimana yang saya tulis di, �Strategi Di Atas Para Raja�.
Masih ada saja yang berpikiran "rasionalisme" yang menganggap "Imitasi" bahkan menginginkan TQN Pondok Pesantren Suryalaya dibelah dua menjadi TQN Sirnarasa.
Terhadap tuduhan ini, Abah Aos menjawab, "Dalam tanbih, jangan timbul keretakan, retak saja tidak boleh apalagi dibelah! maka yang menginginkan TQN Pondok Pesantren Suryalaya dibelah itu, adalah penghianat tanbih. Tidak ada TQN Sirnarasa, yang ada hanya TQN Pondok Pesantren Suryalaya, karena di dalam tanbih, �Pun kami tempat orang bertanya tentang thoriqoh qodiriyyah wa naqsyabandiyah pondok pesantren suryalaya."
Dikutip Februari 2014
Bahkan dengan nafsunya ia berani mengatakan :
- "Sehingga banyak orang terbawa tanpa sadar". � Inilah yang saya katakan "bak menggarami laut", bagaimana mungkin saya yang menjalani koq orang lain yang merasakan?
- "Memancing ikan di akuarium tetangga, karena sang pemilik bisa marah, lebih baik memancing di lautan tanpa tepi". � Bagaimana mungkin dapat menghakimi para murid pengamal TQN Pondok Pesantren Suryalaya dikatakan tetangga sebelah?
- "... selain faktor wilayah (kewalian dari langit) juga faktor khilaafah (kepemimpinan, organisasi, dan manajemen). Apabila kedua faktor itu menyatu, maka tak ada lagi yang dapat merintangi". � Bagaimana mungkin meragukan kekuasaan Alloh, apakah tidak cukup dipahami itu sudah ketentuan Alloh (dari langit) saja?
- ".....banyak tarekat-tarekat yang hanya dijadikan batu pijakan oleh para broker politik...". � Bagaimana mungkin bisa berprasangka buruk seperti demikian, bukankah pengersa Abah Anom telah mengajarkan untuk senantiasa menjalin hubungan dengan Pemerintah termasuk juga dengan Partai Politik?
Dikutip Februari 2104
- "....pertanyaannya : bagaimana jika apa yang telah diajarkan oleh gurunya terdahulu (guru yang kamil mukammil adalah pelajaran yang sudah sempurna, masihkah diperlukan penambahan? � Bagaimana mungkin menganggap tidak perlu lagi menambah kualitas dan kuantitas ibadah?, Bagaimana mungkin mengganggap bahwa pintu kewalian telah tertutup?
Dan yang sangat membuat saya terkejut, adalah ketika saya akan melihat kembali jalinan silaturahim di sosial media facebook, ternyata saya sudah di remove dari pertemanan olehnya. Masya Alloh, hanya karena saya berbeda pendapat dan menyarankan kepada beliau (yang juga sebenarnya saya kagumi) sbb :
- Berbaiksangkalah terhadap isu politik.
- Menegaskan Kemursyidan pengersa Abah Aos sebagai penerus abah Anom.
- Menyarankan agar membuat status yang lebih bijak dan bersikap seperti para wakil talqin yang lainnya.
- Menyarankan agar berkarya nyata sebagaimana pengersa Abah Aos mengadakan manaqiban di masjid Istiqlal dengan menggandeng para tokoh nasional dan internasional.
- Saya nerpendapat bahwa, beliau dulu tidak seaktif seperti sekarang ini.
Dikutip Februari 2014
- "Bila ada yang berkomentar jahat, hapus saja komentar itu. Yang bersangkutan pun di unfriend saja, karena dia memang tidak berniat untuk menjadi friend. Kehadirannya hanya untuk mengintip-intip (tajassus)". � Bagaimana mungkin menghakimi bahwa orang yang berniat memberi nasihat/berbeda pendapat langsung divonis jahat dan tajassus? Apakah tidak menyadari siapa tahu orang tersebut memang berniat baik untuk menjalin silaturahmi walau hanya lewat facebook? Apakah tidak menyadari kalau orang tersebut barangkali dapat memetik hikmah darinya dengan jalinan silaturahmi di facebook?
Almukarrom al Ustadz Wahfiudin, saya friend dengan bapak jauh sebelum saya mengakui kemursyidan Abah Aos. Sejak dahulu saya sesungguhnya mengagumi dan membanggakan bapak, bahkan kami di wilayah Tangerang pernah sangat bangga atas kehadiran bapak di majelis manaqib memenuhi undangan dari yayasan, pada waktu itu bapak mengatakan, "yang namanya manaqib tidak ada istilah diundang, tapi kewajiban untuk menghadirinya.�
Bahkan merupakan kebangaan saya juga kepada bapak, sehingga tentang bapak saya masukkan ke dalam blog pribadi saya, ini membuktikan bahwa saya termasuk salah seorang yang mengagumi bapak.
Tapi, ya sudahlah... saya teringat kata orang bijak, "terkadang tanpa kita sadari atas sikap kita itu dapat terlihat sesungguhnya kita berada di maqom apa?, dan ada kalanya orang itu tidak tersohor di penghuni bumi, namun ia sangat tersohor di penghuni langit, sebaliknya ada kalanya orang itu sangat tersohor di penghuni bumi, namun ia tidak tersohor di penghuni langit". Wallaahu'alam Bishshowab.
Mohon maaf, tulisan ini tidak bermaksud apa-apa, namun semata hanya karena dorongan yang kuat yang berasal dari hati. Haadanalloh wa iyyakum ajma'in, wassalamu'alaikum wr. wb.
Posting Komentar untuk "Bak Menggarami Laut di Lautan Tanpa Tepi"