Sebuah Dialog Yang Singkat (Saya Sangat Menyukainya)


  • Menara 165 resmi menjadi Menara Suryalaya oleh Sirnarasa :  Di Masjid Menara 165 Jakarta Selatan, Bapak Ary Ginanjar ESQ bersegera mengambil air wudlu dan mendekati Abah Gaos kemudian meminta di bimbing dzikrulloh Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah Suryalaya.   Beliau katakan ke Abah Gaos, ".. Abah saya mau tajdidut Talqin"... dulu saya tahun 1994 sudah ditalqin sama Abah Anom. Maka jadilah Sang Trainer menjadi Murid Abah Gaos.  Dan beliau katakan dihadapan para Audiens Training sekitar 300 orang. "...Ini saya perkenalkan Abah Gaos penerus dari Abah Anom. Hari ini Menara 165 menjadi menara suryalaya..." Para audiens training bergemuruh, tersenyum, bertepuk tangan dan mengucapkan Alhamdulillah
    Menara 165 resmi menjadi Menara Suryalaya oleh Sirnarasa :

    Di Masjid Menara 165 Jakarta Selatan, Bapak Ary Ginanjar ESQ bersegera mengambil air wudlu dan mendekati Abah Gaos kemudian meminta di bimbing dzikrulloh Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah Suryalaya. 

    Beliau katakan ke Abah Gaos, ".. Abah saya mau tajdidut Talqin"... dulu saya tahun 1994 sudah ditalqin sama Abah Anom. Maka jadilah Sang Trainer menjadi Murid Abah Gaos.

    Dan beliau katakan dihadapan para Audiens Training sekitar 300 orang. "...Ini saya perkenalkan Abah Gaos penerus dari Abah Anom. Hari ini Menara 165 menjadi menara suryalaya..." Para audiens training bergemuruh, tersenyum, bertepuk tangan dan mengucapkan Alhamdulillah
    • Anda dan 5 orang lainnya menyukai ini.
    • Afifah Harisah Hussein Apa ya perbedaan Tariqat Qodiriyah Naqsyabandiyah dengan tariqat lain? Kalau saya nda bertariqat ka...soalnya Nabi juga nda punya tariqat....to daeng?
    • Bakri Alwi Intinya semua thariqah itu sama tujuannya. Semua mengajarkan bagaimna seorang hamba dapat mendekatkan diri kepada Allah. Kalau ada yang bilang kita tidak butuh tariqah karena Nabi tidak bertariqah. Kata siapa Nabi tidak bertariqah.Bedanya dengan kita kalau Nabi itu dibimbing langsung oleh Allah melalui mediasi Jibril, kalau pengamal Tariqah melalui mediasi Guru Mursyid. Ini adalah salah satu prinsip yang terdapat dalam ajaran sufisme/tasawuf. Silahkan kalau anda ingin mendekatkan diri kepada Allah dengan mengandalkan diri sendiri tanpa bimbingan seorang Mursyid. Itu adalah hak masing2. Imam Malik pernah berkata Siapa saja yang tidak punya guru (dalam mendekatkan diri kepada Allah) maka gurunya adalah syetan.
    • Bakri Alwi Esensi tarikat itu bukan dinamanya. Seorang Guru Besar Tasawuf di UIN Jakarta pernah ditanya : Sejak kapan ada tariqah/tasawuf. Bliau jawab : sejak adanya manusia yang berusaha dekat kepada Allah.Dengan demikian maka jangankan Nabi kita Muhammad, Nabi2 sebelumnya pun sudah bertariqah/bertasawuf. Istilah/penamaan tariqah/tasawuf adalah istilah teknis belaka yang muncul ke permukaan di kemudian hari setelah Nabi tiada. Adapun esensinya sudah terlebih dahulu ada.Jadi kalau melihat tariqah jangan dibuat bingung oleh namanya, tapi lihat esensinya.......
    • Bakri Alwi Saya sarankan kepada tanteku Afifah Harisah Hussein , kalau ada kesempatan silahkan berdiskusi dengan orang2 yang mumpuni wawasannya di bidang Tasawwuf serta mengamalkan tasawuf. Jangan hanya membaca atau mendengar ihwal tasawuf dari orang yang masih dipertanyakan otoritas ilmiyahnya, terlebih lagi dengan orang2 yang sejak memang tidak suka bahkan anti tasawuf
    • Afifah Harisah Hussein alhamdulillah saya dikitari oleh orang-orang yang boleh dibilang mumpuni masalah agama, ibu saya khan dosen IAIN dulu, keluarga juga byk yang hafiz, om-om dari pihak ibu dan bapak juga kebanyakan ahli agama. Masalahnya saya melihat banyak hal yang "lain" di beberapa org tertentu yg bertariqat, diantaranya......hormatnya kpd gurunya sangat berlebihan, sehingga mengarah kpd pengkultusan individu, kadang-kadang ada ibadah tertentu yang dilakukannya yg sptnya tidak ada dalam ajaran nabi sehingga bisa menjerumuskan ke bid'ah....dsb yg bagaimana ya....
      14 jam yang lalu � Suka � 1
    • Afifah Harisah Hussein Kalau guru, saya banyak gurunya daeng dlm bidang agama khan saya tamatan madrasah, kitab-kitab agama di rumah juga banyak, jadi dasarnya sdh ada, krn sdh ada itulah, saya tak mudah terpengaruh, dan dipengaruhi...
    • Afifah Harisah Hussein Lagipula proses pendekatan kepada Allah itu khan sudah ada "frame" yang ditentukan Allah SWT, ibadah-ibadah wajib dan sunnah juga sdh ada dan sangat jelas dijelaskan oleh Nabi Muhammad....
    • Afifah Harisah Hussein yang saya tahu...kalau tariqat itu adalah upaya untuk mencapai "ma'rifat" atau kedekatan dengan Allah SWT, nah dalam proses pencapaian itu...disitulah titik kritisnya, krn beberapa tariqat ada yg tidak sesuai bahkan menyimpang....
    • Afifah Harisah Hussein Saya punya prinsip kalau melihat sesuatu seperti tariqat itu harus dari a sampai z ditelusuri, krn godaan penyimpangan oleh syetan itu ada di sepanjang a sampai z tadi...
      13 jam yang lalu � Suka � 1
    • Mahmud Jonsen Sabda Nabi,"Syari'at itu ucapanku, Thariqah itu perbuatanku, Hakikat itu keadaanku, dan Ma'rifat itu puncak kekayaan batin". Buat Tante Afifah, betul banyak thariqah yg ghoir mu'tabaroh (sesat), silahkan tante teliti, karena emanglah demikian, jangan sampai kita tersesat. Tapi jangan lama-lama menelitinya (kalo memang benar tante meneliti). Ibarat orang yg sadar dirinya sedang sakit, dikasih obat sama dokter pasti langsung dimakan obatnya (gak ada waktu untuk meneliti), tapi yg bermasalah adlh banyak orang yg tidak sadar kalo dirinya sedang sakit. Kita banyak penyakitnya tante.. penyakit ujub, riya, angkuh, dengki, dendam, kikir, benci, dll. yg kesemuanya itu adlh "penyakit hati". Sabda Rosul, "Dzikrullaha syifa'ul qulub" (dzikir kepada Allah obat pembersih hati). Inti ajaran thariqah adalah mengamalkan Dzikir.
    • Mahmud Jonsen Mengamalkan Dzikir harus belajar (digurukan) kepada Ahlinya, sebagaimana Firman Allah, "Fas aluu ahladzikri inkuntum laa ta'lamuun" (bertanyalah kepada ahli dzikir jika kamu tidak mengetahui). Inilah dalilnya mengapa kita harus mempunyai Guru yang Mursyid.
    • Bakri Alwi Yang saya minta kepada tante Afifah Harisah Hussein, berdiskusi dengan orang yang mumpuni ilmunya (dalam tariqah/tasawuf) serta mengamalkan tariqah. Karena tidak sedikit orang yang mumpuni di bidang agama, tapi belum tentu mumpuni di bidang tasawuf. Saya yakin sepenuhnya tante belum pernah berdiskusi dengan orang dengan kualifikasi yang saya sebutkan tadi.Kalau memang pernah, pasti tante tidak akan membuat pernyataan bahwa Nabi kita tidak bertariqah.
    • Bakri Alwi Titik kritis dalam bertarikat itu bisa diatasi dengan kehadiran seorang Guru Spiritual yang sering disebut Mursyid yang kaamil mukammil. Orang yang membiarkan dirinya sendiri dalam titik kritis tanpa bimbingan seorang Mursyid dapat dipastikan akan sesat. Makanya orang yang bertarikat harus punya Mursyid. Kalau tidak punya Mursyid, maka dia tidak bisa disebut orang bertariqah.
    • Bakri Alwi Apa yang tante sebut sebagai "frame" , itu semua diamalkan dalam tariqah.
    • Bakri Alwi Kalau orang bilang ada pengkultusan dalam tariqah, itu tidak spenuhnya benar. Yang ada adalah ta'zim yang tidak melampaui batas untuk disebut pemujaan. Istilah "ta'zim" tidak sama persis dengan istilah "cult" . Sering kita terjerumus dalam penggunaan istilah yang tidak pas untuk suatu fenomena, kerancuan semantik. Istilah kultus itu berasal dari dunia Antropologi. Mendekati persoalan tasawuf dengan pendekatan antropologis tidak sepenuhnya bisa mengungkap apa yang ada dalam tasawuf.
    • Amrullah Aqil TADDAMPENGENNGA MARAJA coddokka....Annan guru mahmud mohon diteliti kembali hadis "tarikat itu perbuatanku,hakikat itu keadaanku...." daeng guru Bakri.."mohon juga kata mursyid kamil dan mukammil" diperhatikan kembali...saya khawatir hadits yang diangkat diatas dan ungkapan daeng guru masuk kategori SYUBHAT At-Tasawwufi seperti yg ditulis Abu Hafish Umar bin Abd Al-Aziz Quraisy (mudir bikulliati ad da'wa al Islamiyah bijamiati Al Azhar)..... Menurut saya secara esensi Puang Ampi juga sudah bertarikat dan bertasawwuf... dan yang masuk syurga kelak bukanlah komunitas ahli tasawwuf secara kelompok tapi yang masuk syurga adalah yang bertasawwuf dan bertariqat secara esensi...kelompok dan komunitas tqrikat A, B ,C dst hanya sekedar cap atau label....TANDAMPEnGeNnga narekko salai ada'ku...
      6 jam yang lalu melalui seluler � Suka
    • Mahmud Jonsen Thariqoh itu Jalan, sebagaimana Firman Allah SWT. "Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda".(QS. Al Jin:11). Berkaitan dg ini pernah diceritakan oleh Yusuf Al-Kurani r.a. dan teman-temannya dengan sanad yang syah : "Bahwa syaidina "Ali k.w. bertanya kepada nabi : "Ya Rosulullah tunjukilah aku jalan yang sependek-pendeknya kepada Allah dan yang semudah-mudahnya dan yang paling utama dapat ditempuh oleh hambaNya pada sisi Allah?. Maka bersabdalah Rosulullah : "Hendaknya kamu lakukan dzikrullah yang kekal (dzikir dawam) dan ucapan yang paling utama pernah kulakukan dan dilakukan oleh Nabi-nabi sebelum aku, yaitu Laa Ilaaha Illallaah. Jika ditmbang tujuh petaka langit dan bumi dalam satu daun timbangan, dan kalimat Laa Ilaaha Illallaah dalam satu timbangan yang lainnya, maka akan lebih berat kalimat Laa Ilaaha Illallah dalam daun timbangan yang lain". Daeng Amrullah sy setuju dg pendapat daeng, bahwa kita semua secara esensi sdh berthoriqoh. Karena Islam itu sendiri adalah Thoriqoh, tapi msh bermakna "jalan umum", nah tidak salahnya kalau kita menyempunakan ibadah kita kepada Allah dg menempuh "jalan yang khusus".
    • Amrullah Aqil Annang guru...saya kira belum terjawab hadis yg saya pertanyakan....sy sepakat dengan argumen annang guru tapi kalu bisa saya tidak sepakat pada akhir statmen "jalan umum dan jalan khusus" karena hal tersebut membuka peluang rasa SAYA lebih mulia darinya, KELOMPOKKU lebih dekat kepada ALLAH darinya, mutasawifun lebih mulia dari mufaqqihin. Sejarah telah menjadi saksi pada akhir dinasti umayyah dan pada dinasti Abbasia karena klaim jalan khusus lebih utama dari jalan umum.
      2 jam yang lalu melalui seluler � Batal Suka � 1
    • Mahmud Jonsen Daeng Amrullah Aqil... untuk hadist tersebut biarlah Guru saya Ust. Bakri Alwi yang mungkin dapat menjelaskan kedudukan hadist tersebut, karena beliau ahlinya. Namun yg saya pahami hadist dho'if masih dapat digunakan kalo hanya sekedar untuk memotivasi, asalkan tidak untuk menentukan hukum (syara). Hadist tersebut hanya salah satu saja dari sekian banyak hadist yang shohih tentang tasawwuf/thariqoh. Saya kutip karena Ibu Afifah menulis; "tariqat itu adalah upaya untuk mencapai "ma'rifat" atau kedekatan dengan Allah SWT." maksudnya agar relevan. Saya sebut "jalan khusus" konotasinya sama sekali bukan bermaksud merasa lebih mulia, saya kira itu keliru daeng... Justru dengan berthoriqoh untuk menghilangkan rasa keakuan itu, berthoriqoh tujuannya untuk menyempunakan ibadah secara syar'i yang telah kital lakukan agar sampai kepada hakikat, sebagaimana sabda Nabi, "...... beribadahlah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya, apabila engkau tidak mampu maka yakinkanlah hatimu bahwa engkau dilihat oleh Allah", metode/cara atau thoriqohnya yaitu dengan Dzikirullah yang didapat dari Mursyid yang memiliki silsilah (sanad/rawi) yang sah sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Jalan dapat berbeda-beda daeng... namun bagi kaum sufi, jalan inilah yang sudah terbukti sampai kepada Allah SWT. Wallaahu'alam bishshowab.
    • Bakri Alwi Guru kami pernah berkata; Jangan menyalahkan ulama yang sezaman, jangan menyalahkan pengajaran orang lain, jangan memeriksa murid orang lain, jangan berubah sikap meskipun disakiti orang dan harus menyayangi orang yang membenci kepadamu.( Syekh Ahmad Sahibul Wafa Tajul Arifin : Untaian Mutiara). Mari kita saling menghargai pendirian masing2 tanpa merasa diri yang paling benar. Saya setuju banget tuh.
    • Amrullah Aqil Alhamdulillah wa syukru lillah atas masukan dan ilmunya..tanpa ada niat lain selain belajar kepada antum para annang guru serta tanggung jawab ilmiah baik sebagai akademisi maupun sebagai hamba Allah...sy utarakan pendapat saya tersebut. Mohon maaf para annang guru berkaitan dengan hadis tadi terus terang saya sangat meragukan kesahihannya dengan berbagai pertimbangan. Saya sepakat untuk fadailul a'mal hadis daif boleh dipake. Berkaitan dengan Mursyid kamil dan mukammil annang guru...saya berpendapat AL-KAMALU LILLAH. Seorang manusia tidak berhak menyandang gelar kaamil apalagi mukammil ligairihi... Adapun berkaitan jalan umum dan khusus, mohon maaf annang guru saya mau bertanya bagaimana pemahaman annang guru berkaitan dengan kisah Musa dan Khaidir alaihimassalam? Bagaimana pula pandangan annang guru berkaitan dengan perkataan Ibnu 'Ajiybah (seorang sufi) bahwa Nabi SAW diajar oleh Allah melalui wahyu dan ilham. Prtama Jibril datang kepada Rasulullah SAW dengan syariat dan setelahnya jibril mendatangi Rasulullah SAW dengan hakikat, maka oleh Nabi SAW hakikat ini dikhususkan kepada orang tertentu saja tanpa sebahagian yang lainnya? Mohon pencerahannya.
      34 menit yang lalu melalui seluler � Batal Suka � 1
    • Bakri Alwi 1. Mengenai hadis dlaif sebagai motivasi untuk beramal (fadlail amal) ini sudah masyhur, bahkan ulama sekaliber Ibnu Hajar Al Asqalany merekomendasikan hal tersebut. 2. Dalam menilai otentisitas hadis para ulama sufi tidak selamanya berpandangan sama dengan para ulama hadis konvensional.Ini jg sudah masyhur. 3. Istilah Mursyid kamil mukammil itu memang dipakai dalam ilmu tasawuf. Tentu saja kamil disitu adalah kamilnya manusia, sama sekali bukan untuk menandingi kamilnya Allah dan itu mustahil. Mukammil berarti bahwa mursyid itu bisa (dengan izin Allah) menjadikan muridnya menjadi manusia yang kamil.Orang lain boleh tidak setuju dengan istilah itu, namun itulah yang ada dalam dunia taswuf. 4. Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam surah al Kahf itu dalam pandangan tasawwuf adalah illustrasi tentang syariat dan hakikat. 5. Setiap orang punya kapasitas yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Oleh karena itu perlakuan yang diberikan terhadap merekapun bisa berbeda. Guru sufi juga (meneladani Nabi) tidak selamanya menyeragamkan perlakuan terjhadap para muridnya, karena kapasitas berbeda yang dimiliki oleh mereka.
    • Bakri Alwi Saya dan Pa Mahmud Jonsen samasekali tidak memposisikan diri sebagai sufi. Kami hanya berusaha mendekatkan diri kepada Allah dibawah bimbingan seorang yang kami yakini sebagai Guru Sufi yang sudah mencapai maqam kamil mukammil. Guru kamilah yang sufi, bukan kami.

Posting Komentar untuk "Sebuah Dialog Yang Singkat (Saya Sangat Menyukainya)"