TIDAK MENCIUM WANGINYA MURSYID KECUALI BAGI ORANG YANG DIBERI PETUNJUK

Anang Hermansyah dg Abah Aos
Dalam amaliyah ilmu Tashowwuf (terlebih dahulu praktek), setelah MENGALAMI  dengan MERASAKAN, baru kemudian mencari dalil, baik di dalam Al Quran maupun Hadits Nabi Muhammad Saw. Mengamalkan ilmu tashowwuf haruslah ada seorang Mursyid. Mursyid adalah Waliyulloh, yang mengangkat dan menjadikannya, hakikatnya adalah Alloh yang diimplementasikan oleh hamba-hamba-Nya (murid). Sekalipun ada hamba yang tidak percaya bahwa sesorang adalah Mursyid, hal tersebut tidak akan menghalangi eksistensi seorang Mursyid selagi masih ada hamba Alloh yang mengakuinya sebagai mursyid.

Dalam amaliyah ilmu tashowwuf, keikhlasan dari pengamalannya tentulah sangat menentukan, namun juga rentang waktu (masa) pengamalannya (mujahadah) juga sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuannya. Kata Aba Aos, "Setiap apa yang kita kerjakan harus menuai hasil". Apa tujuan kita mengamalkan ilmu tashowwuf? Tiada lain tujuannya adalah, Yaa Tuhanku, Engkaulah yang kumaksud, dan Ridho-Mu lah yang kucari, berilah aku rasa cinta kepada Engkau dan mengenal Engkau".

Orang-orang yang mencapai Ridho Alloh, tentu adalah orang-orang telah memiliki kedudukan khusus (selain Nabi) di sisi Alloh Swt. Kedudukan khusus inilah yang sebut sebagai Waliyulloh/Auliya Alloh. Qola Abah Aos, "Barang siapa yang ingin dijadikan Alloh sebagai Wali-Nya, maka akan dibukakan pintu dzikir kepadanya. Pintu Dzikir itu ialah Talqin Dzikir". Jadi orang-orang yang mengamalkan ilmu tashawwuf ialah orang-orang yang ingin menjadi Waliyulloh, namun hal ini hanya sekedar untuk diketahui, tidak untuk diakui.

Sebagaimana Firman Alloh dalam Al Quran, "Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). (QS. Al Fath: 18).

Seorang Wali kedudukannya dibuktikan dengan Karomah, sebagaimana Nabi yang dibuktikan dengan Mukjizat. Karomah itu tampak bagi orang yang belum percaya, ditampakkannya kepadanya dimaksudkan untuk menambahkan keyakinannya. Sedangkan bagi orang yang tidak percaya, maka tidak ada karomah baginya, meskipun Gajah di pelupuk mata takkan kelihatan. Bersyukurlah bagi kita yang telah begitu banyak ditampakkan karomah pengersa Abah, sehingga menambah-nambah keyakinan bagi kita.

Tugas Mursyid ialah menyelamatkan dengan memohonkan ampunan atas dosa-dosa muridnya dan menghantarkan/membimbing seseorang untuk sampai ke Hadhirot Alloh Swt. sebagaimana Firman-Nya, "Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk dita'ati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS. An Nisa: 64). Dengan mengajarkan Kalimat Laa Ilaaha Illalloh untuk membersihkan jiwa murid-muridnya, Firman Alloh, "Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. (QS. Muhammad: 19).

Fungsi Mursyid adalah untuk membacakan ayat-ayat Alloh, Membersihkan Jiwa, dan mengajarkan kitab Alloh. Firman-Nya, "Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. Ali Imron: 164).

Hanya orang-orang yang diberi petunjuk Alloh yang akan bertemu (mengetahui/meyakini) seorang itu adalah Mursyid, sebagaimana Firman-Nya, "Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (QS. Al Kahfi:17).

Bagi ikhwan TQN Suryalaya semua sudah, maka sepantasnyalah bersyukur kepada Alloh atas segala anugerah-Nya. Qola Abah Aos, "Abah sangat bersyukur punya Guru Pangersa Abah Anom, beliau itu tidak pernah cerita mimpi" dan "Bukan mencari Lailatul Qodar, tapi mensyukuri Lailatul Qodar".
Isyarat di atas pengertiannya sangat dalam, diantaranya adalah, bagi Ikhwan TQN Suryalaya kalau masih membicarakan, "Mencari Lailatul Qodar" atau "Saya bermimpi", itu menjadi "Aib" bagi dirinya, yang seharusnya merasa malu untuk mengatakannya, karena bukankah, "MENCARI BERARTI BELUM KETEMU?" dan "BERMIMPI BERARTI TUKANG TIDUR?".

Tafakur Pecinta Kesucian Jiwa

Posting Komentar untuk "TIDAK MENCIUM WANGINYA MURSYID KECUALI BAGI ORANG YANG DIBERI PETUNJUK "