Sepeninggal Guru Agung pengersa Abah Anom, Mursyid Kamil Mukammil Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah (TQN) Pondok Pesantren Suryalaya, Syekh Ahmad Shohibulwafa' Tajul 'Arifin, ra., terjadi penomena dimana para murid-murid beliau seakan-akan terpecah-pecah, terutama pandangannya dalam menyikapi masalah Kemursyidan sebagai penerus Silsilah. Sebagaimana lazimnya para murid, tentu diantara murid-murid tersebut berbeda-beda pula tingkat (maqom) nya, baik dalam makna lahiriyah maupun dalam makna batiniyah. Sehingga dalam menyikapi penomena tersebut para murid-murid beliau terbagi menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu pertama yaitu qolbunya berada dalam genggaman pengersa Abah Anom sehingga ia mampu berobithoh langsung ke Mursyid silsilah ke 37, kedua yang meyakini sudah ada penerus silsilah, yaitu Mursyid ke 38, dan yang ketiga meyakini bahwa belum ada penerus silsilah, sehingga kemursyidan saat ini masih berada pada Pengersa Abah Anom sampai nanti ada penerusnya.
Pertanyaannya adalah, siapakah Golongan Pertama itu?
Golongan ini adalah Murid terbaik yang telah memiliki kedudukan (maqom) khusus dalam pengamalan ajaran TQN. Qolbu mereka masih berada dalam gengggaman sang Guru Agung pengersa Abah Anom. Mereka sangatlah dekat dengan gurunya, memiliki kemampuan dalam bidang ilmu dan amal, sangat setia, taat dan mencintai gurunya. Oleh karenanya ruhani mereka masih dapat tersambung ke ruhani gurunya Syekh Ahmad Shohibulwafa' Tajul'Arifin ra. Mereka ini tidak membutuhkan pembimbing ruhani yang masih hidup, karena ruhani mereka dapat menembus lapis alam. Bagi mereka dapat memilih dan dipilih apakah tetap sebagai Murid atau sebagai Mursyid.
Kemudian siapa pulakah yang menjadi Golongan Kedua?
Golongan kedua ini adalah Murid yang masih membutuhkan bimbingan ruhani secara langsung, yaitu guru (mursyid) yang hidup. Mereka ini adalah murid Guru Agung pengersa Abah Anom yang telah terbuka qolbunya, sehingga mereka dengan jelas sejelas-jelasnya dapat melihat atau menemukan siapa Guru ruhaninya atau sang penerus (estafet) silsilah, qolbu mereka terbimbing untuk mengarah kepada sosok tersebut. Kalbu mereka memperoleh kucuran baroqah yang dapat dirasakan olehnya karena ruhani mereka dapat kembali tersambung ke ruhani pengersa Abah Anom melalui sang penerus silsilah. Mereka mempunyai keyakinan yang kuat, mantap, dan kokoh, karena mereka telah membuktikan dan merasakan. Bagi mereka, dulu, sekarang, dan yang akan datang itu sama saja. Semuanya sudah jelas, sejelas sinar cahaya yang terang benderang.
Lalu siapakah yang menjadi Golongan yang Ketiga?
Golongan yang ketiga ini adalah para murid yang berdasarkan pengakuannya, dengan dalih cinta dan taat bahwa ruhani mereka masih dapat dapat tersambung langsung ke ruhani pengersa Abah Anom pasca pengersa Abah wafat, namun sesungguhnya mereka tidak menyadari bahwa mereka masih menunggu, mencari dan terus mencari siapakah gerangan sang penerus tersebut? Mereka mencoba menerka-nerka, mengintip-intip, dan menebak-nebak. Qolbu mereka masih labil, ketika melihat sesuatu yang sedikit luar biasa, mereka bertanya-tanya, mencoba untuk mengkait-kaitkan, apakah ini orang yang dimaksud? Dan ketika situasinya berubah, kembali mereka ragu, oh ternyata bukan ini orang yang dimaksud?! Keadaan mereka teruslah demikian, karena mereka belum mampu untuk melihat ataupun merasa. Bagi mereka ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama yaitu, berdasarkan keistiqomahannya dalam mengamalakan ajaran TQN, qalbu mereka terbuka untuk menerima hakikat kebenaran, dan pada akhirnya mereka akan menemukan sang penerus estafet tersebut. Kemungkinan kedua adalah mereka yang kurang dalam pengamalan ajaran TQN, sehingga kalbu mereka penuh dengan rasa benci, amarah, dendam, angkuh, dll. dengan kata lain mereka dikuasai oleh nafsunya, sehingga mereka terhijab dan menjadi gelap, tidak mampu melihat cahaya atau petunjuk, bagi mereka membutuhkan waktu yang lama untuk memahami, atau bahkan tidak akan menemukan kembali sosok sang penerus tersebut.
Kalau disimak dari penjelasan di atas, lalu apakah sang penerus tersebut hanya mengarah kepada satu orang?
Jawabannya adalah, bisa iya, bisa tidak. Untuk kategori murid golongan pertama, bagi mereka dapat memilih dan dipilih oleh murid golongan kedua dan ketiga untuk dijadikan Guru pembimbing ruhaninya. Namun pada hakikatnya sang penerus itu hanyalah satu orang.
Kalau murid golongan pertama dapat memilih dan dipilih, berarti akan terdapat sang penerus lebih dari satu orang?
Betul. Sang penerus silsilah dapat saja lebih dari satu saluran, sebagaimana juga para ahli silsilah terdahulu. Bukankah murid dari Syekh Achmad Khotib Sambas ibnu Abdul Ghafar ra. yang mengajarkan TQN tidak hanya disalurkan di Pondok Pesantren Suryalaya!?.
Kalau hakikat sang penerus itu hanyalah satu orang, lalu siapakah orang tersebut?
Seiring berjalannya waktu, pada akhirnya nanti Allah Swt. lah yang akan menunjukkan siapa orang tersebut. Ia akan digandrungi, diikuti, dan dicintai oleh banyak murid-muridnya.
Apakah sedemikian mendesaknya, sehingga para murid golongan kedua secepat itu menemukan Guru sang penerus silsilah?
Demikianlah sesungguhnya. Bagi mereka yang perduli terhadap pelestarian TQN Pondok Pesantren Suryalaya, keberadaan Mursyid yang masih hidup itu adalah perlu dan mendesak. Coba bayangkan bahwa bukan hanya bagi ikhwan yang telah atau sedang, tetapi bagi ikhwan yang akan datangnya kemudian, bagaimana? Mereka sangat membutuhkan Mursyid.
Kan masih ada banyak Wakil Talqin?
Wakil Talqin bukanlah Mursyid, meskipun mereka dapat memilih dan dipilih untuk menjadi Mursyid.
Bagaimana dengan dengan Pemgemban Amanah? Bukankah beliau ditunjuk oleh pengersa Abah Anom?
Betul, beliau ditunjuk pengersa Abah Anom sebagai pemegang amanah sesuai peruntukkannya, akan tetapi Pengemban Amanah dalam hal ini bukanlah bertindak sebagai Mursyid, meskipun dapat memilih dan dipilih untuk menjadi Mursyid.
Bagaimana dengan Ijma Wakil Talqin bersama dengan perwakilan keluarga besar pengersa Abah Sepuh dan pengersa Abah Anom? Dan/atau SK yang ditanda tangani Pengemban Amanah? Bukankah hal tersebut harus ditaati dan mengikat para murid?
Mursyid adalah suatu hal yang menyangkut keyakinan yang menjadi urusan qolbu. Ia merupakan kebutuhan ruhani, yang masing-masing orang berbeda-beda. Sehingga Ijma dan/atau SK tersebut tentu bukanlah semacam Maklumat yang wajib ditaati seperti maklumat pengersa Abah Anom. Namun Ijma dan/atau SK tersebut mengikat bagi yang meyakini dan bagi orang yang terkait langsung dengan organisasi, baik organisasi Pondok Pesantren maupun Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya. Bahkan bagi yang tidak setuju dengan Ijma dan/atau SK tersebut dapat menggugat keberadaan SK tersebut. Sehingga dengan demikian, bagi mereka yang tidak meyakini dan/atau tidak tekait langsung dengan organisasi, tentu saja tidak wajib baginya untuk mentaati Ijma dan/atau SK tersebut. Namun Ijma dan/atau SK tersebut hanya bersifat himbauan, seruan, atau ajakan yang ditujukan kepada seluruh ikhwan TQN Pondok Pesantren Suryalaya.
Bukankah nama TQN Pondak Pesantren Suryalaya sangat terkait dengan Organisasi Pondok Pesantren dan Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya?
Untuk hal ini biarlah para petinggi atau sesepuh yang akan menyelesaikannya. Karena hal ini merupakan urusan orang-orang yang terkait langsung dengan organisasi. Mengingat masih adanya perbedaaan persepsi tentang pengertian TQN Pondok Pesantren Suryalaya jika ditinjau dari sudut pandang sebuah Ajaran dan sebuah Organisasi.
Lalu bagaimana sikap kita selaku ikhwan TQN Pondok Pesantren Suryalaya?
Ikuti saja kata hati, karena ia merupakan kebutuhan ruhani kita masing-masing. Pahami Tanbih, jaga persatuan dan kesatuan, hormat kepada yang lebih tinggi, jangan bersengketa, rendah hati, gotong royong, jangan berselisih, jangan menghina, jangan angkuh, harus kasih sayang, manis budi, ramah tamah, murah tangan, dan wa'tashimu bihablillah.
Mudah-mudahan Allah SWT. memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua, aamiin...
Bibaroqati pengersa Abah, al Fatihah...
NB. Tulisan ini tidak bermaksud apa-apa, hanya sekedar dorongan yang kuat untuk mengungkapan rasa di hati.
Mudah-mudahan Allah SWT. memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua, aamiin...
Bibaroqati pengersa Abah, al Fatihah...
NB. Tulisan ini tidak bermaksud apa-apa, hanya sekedar dorongan yang kuat untuk mengungkapan rasa di hati.
Posting Komentar untuk "Perjalanan Murid Mencari Guru"